20 December 2024
12 August 2024
12 June 2024
30 March 2020
JAKARTA, 30 Maret 2020 - Jumlah pasien positif Virus Corona (COVID-19) per Minggu (29/3), bertambah menjadi 1.285 orang. Menurut keterangan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, sebanyak 114 orang di antaranya meninggal dunia, dan 64 orang dinyatakan sembuh. Presiden Jokowi sudah memerintahkan untuk mempercepat deteksi dini pasien yang kemungkinan terpapar COVID-19 dan mendatangkan alat rapid test, memperkuat tracing kontak pasien, serta mendatangkan Alat Pelindung Diri (APD) sebanyak 9 ton yang siap didistribusikan untuk tenaga medis. Pemerintah juga telah mentransformasi Wisma Atlet Kemayoran menjadi rumah sakit darurat COVID-19 dan juga sebagai rumah isolasi. Presiden Jokowi juga telah meminta masyarakat untuk serius menerapkan social distancing dan hal preventif lainnya seperti menjaga pola hidup bersih sehat, demi menekan penyebaran wabah Virus Corona.
Menurut dr. Erlina Burhan, M. Sc, SpP (K), Konsultan Paru Sub Infeksi RSUP Persahabatan, orang yang terkena COVID-19 akan mengalami demam, batuk, dan pilek. Bila infeksinya sudah sampai ke paru, orang bisa mengalami pneumonia (radang paru) hingga mengalami kesulitan napas atau sesak yang bisa berujung pada kematian. Namun pada beberapa kasus, seorang yang mengidap Virus Corona tidak menunjukkan gejala apapun. dr. Erlina mengatakan bahwa Virus Corona sangat pintar. Virus ini mungkin tidak membuat seseorang sakit karena memiliki daya tahan tubuh yang baik, namun ia bisa bersembunyi di tubuh seseorang. Kemudian, virus pun akan ditransfer kembali kepada orang-orang dengan daya tahan tubuh lemah.
Virus Corona juga bisa menyerang anak-anak. Merujuk pada laporan Business Insider, peneliti menyatakan bahwa 90% anak-anak yang mengidap Virus Corona menunjukkan gejala ringan atau sedang, 39% berkembang menjadi pneumonia tanpa menunjukkan gejala yang jelas, 50% lainnya mengalami demam, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, kelelahan sementara 4% lainnya tidak menunjukkan gejala apapun. dr. Erlina menyarankan agar masyarakat menjaga asupan gizi seimbang, cukup istirahat, minum suplemen, dan vitamin. “Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan, karena Virus Corona bisa menular bila terjadi kontak langsung dengan orang yang sudah lebih dulu mengidap corona. Namun bila seseorang memiliki antibodi yang kuat, maka virus corona tidak bisa melumpuhkan tubuh,” ujar dr Erlina.
Prof. Dr. Chairul A. Nidom, Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) adalah salah satu sosok yang terlibat langsung saat penanganan wabah flu burung beberapa tahun lalu, menjelaskan bahwa COVID-19 seperti juga Flu Burung merupakan wabah internasional atau global. Flu Burung tidak pandemi karena penularannya tidak secepat COVID-19. Resiko kematian flu burung di Indonesia bisa sampai 83,9 persen, tapi jumlah yang terinfeksi tidak terlalu banyak. COVID-19 lebih cepat penyebarannya karena bisa menular melalui kontak langsung antar sesama manusia. Oleh karena itu sangat penting bagi masyarakat untuk selalu menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari ancaman virus COVID -19.
Salah satu bahan alami yang dapat digunakan untuk memelihara daya tahan tubuh adalah temulawak atau Curcuma xanthorrhiza Roxb yang mengandung curcumin. Temulawak sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pada masa pemulihan.
Terkait dengan infeksi virus COVID-19, Prof. Nidom menjelaskan curcumin dalam temulawak mampu mengendalikan produksi sitokin akibat dari satu sel yang terinfeksi oleh virus, baik itu virus infuenza maupun Covid-19. Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh, bila terpapar virus terus menerus bisa terjadi badai sitokin yang membuat paru- paru padat dan kaku sehingga terjadi sesak nafas bahkan gagal nafas dan bisa berlanjut ke kematian. Prof. Nidom mengungkapkan, dalam penelitian yang ia lakukan pada 2008 curcumin pada temulawak mampu mengendalikan sitokin inflamatori sehingga tidak terjadi badai sitokin.
Hasil penelitian Prof Nidom ini sejalan dan memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan, bahwa Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) yang mengandung curcumin memiliki efek terhadap daya tahan tubuh yaitu sebagai imunomodulator (Cattanzaro et al, 2018). Varalaksmi, et.al. (2008) melalui penelitian in vivo juga menyatakan bahwa curcumin dapat memodulasi sistem daya tahan tubuh dengan cara meningkatkan kemampuan proliferasi sel T.
Penelitian bio-informatika yang dipublikasikan pada Maret 2020 dan kepustakaan terbaru telah menyebut bahwa curcumin merupakan salah satu kandidat antivirus SARS-CoV-2. Diharapkan curcumin yang terkandung di temulawak mampu meningkatkan ekspresi ACE2 bentuk soluble yang dapat menghambat terjadinya ikatan antara protein virus dengan ACE2 bentuk fixed pada permukaan sel inang, dimana ACE 2 merupakan sel inang bagi COVID-19 (Inggrid Tania, 2020).
Dr Inggrid Tania, M.Si., selaku Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisonal dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) mendukung hasil penelitian tersebut. Dr Inggrid menjelaskan, secara fungsional, ada dua bentuk ACE2 yaitu bentuk fixed (menempel pada permukaan sel) dan soluble (bentuk bebas dalam darah). ACE2 bentuk soluble diproyeksikan menjadi salah satu kandidat antivirus corona melalui mekanisme interseptor kompetitif yang mencegah ikatan antara partikel virus dengan ACE2 pada permukaan sel inang.
Menurut Dr. Inggrid, temulawak sudah dikonsumsi masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Dr Inggrid menjelaskan, berdasarkan empirical experiental evidence, scientific evidence, dan clinical evidence temulawak terbukti aman dan memberikan manfaat daya tahan tubuh. Berbagai penelitian, terutama penelitian in-vitro dan praklinis di dunia terhadap curcumin menunjukkan bahwa curcumin bersifat antiperadangan, antivirus, antibakteri, antijamur, dan antioksidan.
DR. Raphael Aswin Susilowidodo, M.Si, VP Research and Development SOHO Global Health menganjurkan masyarakat untuk menggunakan temulawak yang telah diekstrak. Penggunaan temulawak yang telah diekstrak menurut DR Aswin lebih efektif menjaga kesehatan tubuh karena kadar curcuminnya lebih terukur sehingga sesuai dengan kebutuhan tubuh. "Untuk mendapatkan ekstrak curcumin 20 mg diperlukan 7500 mg temulawak segar, sehingga produk Curcuma FCT sangat simple dan nyaman digunakan pasien tanpa harus repot membuat rebusan,” ungkap DR Aswin. Produk Unggulan SOHO yang berbasis temulawak adalah Curcuma FCT, Curcuma tablet dan Curcuma Plus. Untuk Anak, Curcuma Plus tersedia dalam bentuk Vitamin sirup dan tablet dan juga Susu Pertumbuhan. Untuk dewasa ada Curcuma FCT dalam bentuk tablet.
PT SOHO Global Health sebagai perusahaan farmasi yang memproduksi obat herbal modern yang terus fokus untuk mengembangkan potensi alam Indonesia konsisten menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan Temulawak. SOHO Centre of Excellence in Herbal Research (SCEHR) adalah fasilitas perkebunan dan penelitian milik SOHO yang fokus pada penelitian dan budidaya Temulawak. Produk SOHO telah melalui uji toksisitas yang hasilnya menyatakan bahwa produk temulawak SOHO aman dikonsumsi. Selain itu, dengan konsep Seed to Patient, SOHO berinovasi agar temulawak yang digunakan terstandard mulai dari proses bibit hingga teruji praklinik dan uji klinik. Proses penanaman sampai dengan pengolahannya pun telah mendapatkan sertifikasi pertanian organik dari Inofice, sebuah badan sertifikasi tanaman organik.
SOHO Global Health telah secara konsisten menghasilkan kinerja keuangan dengan pertumbuhan yang berkelanjutan terlepas dari pasar yang pertumbuhannya melambat. Di tengah lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat, kunci kesuksesan kami adalah kemampuan kami untuk menyeimbangkan kesinambungan jangka panjang dengan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Dibutuhkan disiplin dan komitmen kuat untuk membangun nilai berkelanjutan untuk jangka panjang.
Informasi pada website ini ditujukan untuk memberikan jawaban yang bersifat ilmiah, berdasarkan bukti ilmiah dan berimbang atas pertanyaan medis Anda.
Informasi ini tidak ditujukan sebagai saran medis. Perawatan pasien merupakan tanggung jawab praktisi kesehatan berdasarkan praktek perijinannya serta pengalaman dan informasi spesifik pasien.